Sabtu, 09 Maret 2013

Pedekate Vitual


Anak laki-laki yang dikabarkan masih perjaka itu tetap saja duduk termenung di sana. Sudah lima belas menit berlalu, dia menunggu di bawah pohon beringin yang tampak paling besar dan satu-satunya di sekolah tersebut. Tidak ada sedikit pun rasa kesal yang timbul, dia begitu sabar menunggu. Mungkin benar yang orang dulu bilang, orang sabar itu pantatnya lebar.
Tidak ada hal lain yang bisa membuat Yoga menunggu selama ini. Dia sedang menunggu seseorang, bukan Julia Peres dengan tumpe-tumpenya, melainkan gadis lain yang mampu memikat hatinya. Terbukti dari foto gadis itu yang sudah menghiasi wallpaper di ponselnya.
Ini adalah hari bersejarah untuknya karena ini first date dan pertemuan pertama Yoga dengan seorang gadis yang dikenalnya lewat pesan singkat. Itu semua terjadi 3 bulan yang lalu saat ada sebuah pesan singkat yang nyasar ke ponsel Yoga.

***
Tiga bulan yang lalu.
Seperti biasa, malam minggu Yoga selalu membosankan. Dia hanya bisa menghabiskan waktu sendirian di kamarnya, bermalas-malasan dan merebahkan badan di kasur dengan setumpuk CD keperluan dewasa miliknya, benda-benda itu selalu ia sembunyikan di bawah kasurnya dengan aman.
“Hemm…” Dia menghela napas, badannya ikut merebah di kasur dan mencoba melepas kebosanannya. Tak lama ponselnya berbunyi. “Serius nih benda keramat bunyi? Perasaan gue udah lama gak langganan SMS primbon?” Dengan tangannya, ia meraih ponsel itu dari atas meja. Dia masih merasa bingung, ditambah lagi ternyata pesan singkat itu dari nomer kontak yang tidak dia kenal.
Hai cowok kesepian.
Ini siapa ya? Dapet nomer aku dari mana? Kok tau aku kesepian? Balas Yoga.
Aku yang akan menemani malam minggumu. Kita bisa jadi teman kan? Balasnya lagi.
Bagi Yoga tidak ada alasannya untuk meladeni pesan singkat itu lagi. dia sudah lelah untuk meladeni pesan singkat dari orang yang tidak dia kenal, terutama dia juga sudah bosan tertipu pesan singkat dari mama minta pulsa yang sudah seringkali datang kepadanya. Lalu, Yoga hanya membaca pesan singkat itu tanpa membalasnya. Ponselnya kembali berada di atas meja.
Aku hanya ingin menjadi temanmu. Nomer tidak dikenal itu kembali mengirim pesan.
Apa aku mengenalmu? Tanya Yoga yang akhirnya memutuskan untuk membalas pesan singkat dari nomer tidak dikenal itu. “Daripada enggak ada kerjaan lain, itung-itung ngabisin pulsa,” pikirnya waktu itu. Bukannya sombong tapi dia memang kesulitan untuk menghabiskan pulsanya sendiri akibat tidak punya teman untuk diajak SMS-an apalagi untuk telepon. Bahkan, pulsa sepiluh ribu sanggup bertahan sampai satu bulan lamanya, paling cepat satu hari akibat tertipu oleh SMS ‘mama minta pulsa’.
Belum, mungkin nanti? Balasnya lagi. Terselip senyuman di wajah Yoga.
Kamu cewek atau cowok? Tanya Yoga yang ingin memastikan dengan siapa dia SMS-an, sembari berharap semoga dia itu adalah seorang cewek. Pesan singkat kembali masuk ke inbox-nya.
Aku cewek. Yoga kemudian melompat-lompat kegirangan. Wajar saja kalau dia merasa senang karena selama ini hanya ibunya wanita yang sering mengirim pesan singkat ke ponselnya. Begitu juga ‘mama minta pulsa’.
nama kamu siapa? Tanya Yoga lagi-lagi senyum manisnya keluar.
namaku  Nirmala.
Kemudian perkenalan via pesan singkat itu mengalir begitu saja. Dentang jam berbunyi dua belas kali. Tidak terasa sudah tengah malam.
Selamat malam, mimpi indah semoga mimpiin aku ya. Hehe. Yoga merasa dia menjadi pria yang romantis meski dulu dia pernah berkata kalau kalimat seperti itu adalah kalimat paling menjijikkan yang pernah dia baca setelah kalimat dalam pesan singkat ‘mama minta pulsa’.
***
“Anjirr… pulsanya habis!” Ujar Yoga kesal karena tahu kalau pulsanya tidak mencukupi lagi. Pulsa Yoga cenderung cepat habis semenjak sering SMS-an dengan Nirmala. Sepuluh ribu bahkan tak cukup untuk dua hari. Hebatnya lagi Yoga sudah tidak melihat layar ponselnya lagi karena kedua jempolnya sudah seperti punya mata sendiri untuk menekan keypad ponselnya. Jadi, Yoga bisa melakukan hal-hal lain selagi ia mengetik pesan singkatnya, seperti nonton TV, main bola, makan (kebetulan Yoga juga punya keterampilan khusus sejak lahir bisa makan menggunakan kakinya).
Halo. Kamu sedang apa? Tanya Yoga mengirim pesan singkat ke Nirmala sore itu.
Hanya bersantai, di kamar saja? Balas Nirmala.
Kamu punya akun MSN? Tanya Yoga.
Aku gak punya komputer, aku hanya suka membaca. Balas Nirmala, membuat sedikit rasa kecewa di hati Yoga.
Sayang sekali... padahal kalau kau bosan kita bisa chatting di MSN. Balas yoga
Aku enggak sedang bosan kok, oh iya aku mau melihat fotomu? Balas Nirmala yang sontak membuat Yoga terkejut.
“Muka gue kan jelek, gimana nanti kalau dia tiba-tiba stroke ringan gegara melihat muka gue.” kalimat itu terus berputar-putar di kapala Yoga, keringat-keringat besar mulai bermunculan  di wajahnya yang kian terus memutar otak memikirkan jalan keluarnya. Dia sendiri menyadari kalau wajahnya sendiri tidak enak dilihat, Yoga mawas diri.
Kenapa tidak dibalas, kamu tidak mau ya? Balas Nirmala semakin membuat butir-butir keringat di wajah Yoga semakin terlihat.
Tunggu sebentar. Balas Yoga mencoba mengulur waktu.
Oke, sebentar lagi MMS dariku akan sampai. Balas Nirmala.
“Oki ya Oki” kata yoga mencoba menghubungi seorang sahabatnya, “Halo ki, ini gue Yogi. Bisa minta tolong gak?” Kata Yoga berbicara dengan seseorang melalui telepon.
“iya kenapa?”
“lo jago photoshop kan? Tolongin edit foto gue dong?”
“bisa-bisa kirim fotonya ke email gue aja”
“okeh, udah gue kirim, cepetan ya”
“duh kalau cepet-cepet entar hasilnya gak maksimal ga”
“besok gue teraktir di kantin”
“oke tunggu lima menit lagi”
Foto Yoga sudah selesai dipermak habis-habisan. Sungguh pilu melihat wajahnya di situ terlalu tampan bahkan jauh dari harapan dia sendiri. Tidak salah kalau Oki jadi andalan Yoga dalam urusan seperti ini. Sejak kecil dia memang sudah dekat dengan komputer, terdengar kabar juga dulunya ari-arinya itu CPU komputer, jadi wajar saja kalau dia memang jago masalah komputer.
Ponsel Yoga berbunyi, MMS dari Nirmala tiba.
Bagaimana menurutmu? Tanya Nirmala sebagai title dari fotonya yang dikirim melalui MMS ke ponsel Yoga. Dengan sekejap dia terpesona. Terlihat seperti di foto rambutnya yang lurus panjang juga hitam, dengan jepit rambut menghiasi kepalanya. Kulit wajahnya sawo matang juga terlihat mulus sepertinya dia memakai lotion dan rajin merawat tubuh dan ditambah lagi senyum yang juga manis. Jantungnya berdecak kagum melihat foto itu, dia merasa tidak percaya. “Sabun mana sabun?” Ucap Yoga spontan.
***
Singkat cerita, Yoga dan Nirmala sudah semakin dekat. Yoga sudah benar-banar jatuh cinta dengan Nirmala. Itulah cinta benar-benar membuat yoga mabuk kepayang. Meski hanya berkomunikasi lewat pesan singkat saja tapi dia merasakan seperti ada tali merah yang mengikat mereka berdua.
Aku ingin bertemu denganmu langsung. Bagaimana menurutmu? Tanya Yoga yang tak tahan lagi.
Hah? Kamu serius mau ketemu sama aku? balas Nirmala.
Iya kenapa? Tidak boleh?
Enggak kok.
Aku cuma mau ngobrol langsung sama kamu?
Baiklah terserah kamu.
***
“Belum pulang ga?” Tanya Oki yang melihat Yoga duduk sendirian di bawah pohon.
“Lagi nungguin seseorang. Hehe.” Jawab Yoga sambil memutar-mutar ponsel di tangannya.
“Cewek ya? Ciee udah gede ni bocah.” Kata Oki menggoda temannya itu.
“Gitu deh.”
“Eh lo tau gak, si Abi anak kelas Sembilan C. Dia kemaren kena apes. Haha.” kata Oki membuka obrolan.
“Apes? Gimana?” tanya Yoga.
“Kemaren dia dikerjain luky anak delapan B yang kemayu itu. Dia ngaku-ngaku cewek sama si Abi lewat SMS. Pokoknya kocak banget deh. Abi sampai-sampai mau pindah sekolah gegara itu. haha.”
“Si Luky banci itu. haha.” Yoga tertawa lepas.
“Iya pokoknya kocak banget. Dia juga sempet ngirim foto cewek juga. Dan ngaku-ngaku kalau itu foto dia. Pokoknya kocak deh. Entar kalau ada dia kita ketawain bareng-bareng aja gimana? Haha.”
“Boleh-boleh. Haha.”
“Eh,No pic hoax, ada foto ceweknya gak.” Tanya Oki memastikan.
“Nih.” Kata Yoga sambil menunjukkan foto Nirmala yang menjadi wallpaper ponselnya. Sorot mata Oki tertuju pada gambar itu, sekali memastikan dia memegang ponsel Yoga, “ga,” mata oki terlihat tidak karuan.
“Kenapa? Cantik ya? Sebentar lagi bakal jadi pacar gue nih. Haha.”
“Aduh… itu yang tadi itu.. itu yang tadi.”
“Kenapa?” tanya yoga nyolot.
“Hmmm…” Temannya itu hanya menghela napas dan menggaruk-garuk kepalanya sendiri.
“Jangan bilang ini,” mata Yoga menatap serius ke arah temannya itu dengan penung kecemasan. Kamu dimana? Tanya Yoga dengan Nirmala lewat pesan singkat.
“Nirmala ada disini. Hihi.” Kata seorang anak lelaki kemayu yang datang dari belakang dengan kerah baju yang sedikit terbuka seakan sengaja memperlihatkan bagian dada ratanya, bulu mata lentik yang membentang sempurna juga bibir merah lembab menghiasi wajahnya juga membuat raut muka kedua anak itu semakin tak karuan..
“Mampus gue…” Kemudian Yoga langsung menarik kerah lehernya dan meninggalkan tempat duduk mereka.
Setidaknya setelah itu Yoga sudah tersadar dan bisa mengucap istighfar. Itulah cinta membuat orang mabuk kepayang, kemudian sulit membedakan mana tipuan dan kenyataan.

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...