Anak
laki-laki yang dikabarkan masih perjaka itu tetap saja duduk termenung di sana.
Sudah lima belas menit berlalu, dia menunggu di bawah pohon beringin yang
tampak paling besar dan satu-satunya di sekolah tersebut. Tidak ada sedikit pun
rasa kesal yang timbul, dia begitu sabar menunggu. Mungkin benar yang orang dulu
bilang, orang sabar itu pantatnya lebar.
Tidak
ada hal lain yang bisa membuat Yoga menunggu selama ini. Dia sedang menunggu
seseorang, bukan Julia Peres dengan tumpe-tumpenya, melainkan gadis lain yang
mampu memikat hatinya. Terbukti dari foto gadis itu yang sudah menghiasi wallpaper di ponselnya.
Ini
adalah hari bersejarah untuknya karena ini first
date dan pertemuan pertama Yoga dengan seorang gadis yang dikenalnya lewat
pesan singkat. Itu semua terjadi 3 bulan yang lalu saat ada sebuah pesan
singkat yang nyasar ke ponsel Yoga.
***
Tiga
bulan yang lalu.
Seperti
biasa, malam minggu Yoga selalu membosankan. Dia hanya bisa menghabiskan waktu sendirian
di kamarnya, bermalas-malasan dan merebahkan badan di kasur dengan setumpuk CD
keperluan dewasa miliknya, benda-benda itu selalu ia sembunyikan di bawah
kasurnya dengan aman.
“Hemm…”
Dia menghela napas, badannya ikut merebah di kasur dan mencoba melepas kebosanannya.
Tak lama ponselnya berbunyi. “Serius nih benda keramat bunyi? Perasaan gue udah
lama gak langganan SMS primbon?” Dengan tangannya, ia meraih ponsel itu dari
atas meja. Dia masih merasa bingung, ditambah lagi ternyata pesan singkat itu
dari nomer kontak yang tidak dia kenal.
Hai cowok kesepian.
Ini siapa ya? Dapet nomer aku dari
mana? Kok tau aku kesepian? Balas Yoga.
Aku yang akan menemani malam minggumu.
Kita bisa jadi teman kan? Balasnya lagi.
Bagi
Yoga tidak ada alasannya untuk meladeni pesan singkat itu lagi. dia sudah lelah
untuk meladeni pesan singkat dari orang yang tidak dia kenal, terutama dia juga
sudah bosan tertipu pesan singkat dari mama minta pulsa yang sudah seringkali
datang kepadanya. Lalu, Yoga hanya membaca pesan singkat itu tanpa membalasnya.
Ponselnya kembali berada di atas meja.
Aku hanya ingin menjadi temanmu.
Nomer tidak dikenal itu kembali mengirim pesan.
Apa aku mengenalmu? Tanya
Yoga yang akhirnya memutuskan untuk membalas pesan singkat dari nomer tidak
dikenal itu. “Daripada enggak ada kerjaan lain, itung-itung ngabisin pulsa,” pikirnya
waktu itu. Bukannya sombong tapi dia memang kesulitan untuk menghabiskan
pulsanya sendiri akibat tidak punya teman untuk diajak SMS-an apalagi untuk telepon.
Bahkan, pulsa sepiluh ribu sanggup bertahan sampai satu bulan lamanya, paling
cepat satu hari akibat tertipu oleh SMS ‘mama minta pulsa’.
Belum, mungkin nanti?
Balasnya lagi. Terselip senyuman di wajah Yoga.
Kamu cewek atau cowok? Tanya
Yoga yang ingin memastikan dengan siapa dia SMS-an, sembari berharap semoga dia
itu adalah seorang cewek. Pesan singkat kembali masuk ke inbox-nya.
Aku cewek.
Yoga kemudian melompat-lompat kegirangan. Wajar saja kalau dia merasa senang
karena selama ini hanya ibunya wanita yang sering mengirim pesan singkat ke
ponselnya. Begitu juga ‘mama minta pulsa’.
nama kamu siapa?
Tanya Yoga lagi-lagi senyum manisnya keluar.
namaku Nirmala.
Kemudian
perkenalan via pesan singkat itu mengalir begitu saja. Dentang jam berbunyi dua
belas kali. Tidak terasa sudah tengah malam.
Selamat malam, mimpi indah semoga
mimpiin aku ya. Hehe. Yoga merasa dia menjadi pria yang
romantis meski dulu dia pernah berkata kalau kalimat seperti itu adalah kalimat
paling menjijikkan yang pernah dia baca setelah kalimat dalam pesan singkat ‘mama
minta pulsa’.
***
“Anjirr…
pulsanya habis!” Ujar Yoga kesal karena tahu kalau pulsanya tidak mencukupi
lagi. Pulsa Yoga cenderung cepat habis semenjak sering SMS-an dengan Nirmala.
Sepuluh ribu bahkan tak cukup untuk dua hari. Hebatnya lagi Yoga sudah tidak
melihat layar ponselnya lagi karena kedua jempolnya sudah seperti punya mata
sendiri untuk menekan keypad
ponselnya. Jadi, Yoga bisa melakukan hal-hal lain selagi ia mengetik pesan
singkatnya, seperti nonton TV, main bola, makan (kebetulan Yoga juga punya
keterampilan khusus sejak lahir bisa makan menggunakan kakinya).
Halo. Kamu sedang apa?
Tanya Yoga mengirim pesan singkat ke Nirmala sore itu.
Hanya bersantai, di kamar saja?
Balas Nirmala.
Kamu punya akun MSN?
Tanya Yoga.
Aku gak punya komputer, aku hanya
suka membaca. Balas Nirmala, membuat sedikit rasa
kecewa di hati Yoga.
Sayang sekali... padahal kalau kau
bosan kita bisa chatting di MSN. Balas yoga
Aku enggak sedang bosan kok, oh iya
aku mau melihat fotomu? Balas Nirmala yang sontak membuat
Yoga terkejut.
“Muka
gue kan jelek, gimana nanti kalau dia tiba-tiba stroke ringan gegara melihat
muka gue.” kalimat itu terus berputar-putar di kapala Yoga, keringat-keringat
besar mulai bermunculan di wajahnya yang
kian terus memutar otak memikirkan jalan keluarnya. Dia sendiri menyadari kalau
wajahnya sendiri tidak enak dilihat, Yoga mawas diri.
Kenapa tidak dibalas, kamu tidak
mau ya? Balas Nirmala semakin membuat butir-butir keringat
di wajah Yoga semakin terlihat.
Tunggu sebentar.
Balas Yoga mencoba mengulur waktu.
Oke, sebentar lagi MMS dariku akan
sampai. Balas Nirmala.
“Oki
ya Oki” kata yoga mencoba menghubungi seorang sahabatnya, “Halo ki, ini gue Yogi.
Bisa minta tolong gak?” Kata Yoga berbicara dengan seseorang melalui telepon.
“iya
kenapa?”
“lo
jago photoshop kan? Tolongin edit foto gue dong?”
“bisa-bisa
kirim fotonya ke email gue aja”
“okeh,
udah gue kirim, cepetan ya”
“duh
kalau cepet-cepet entar hasilnya gak maksimal ga”
“besok
gue teraktir di kantin”
“oke
tunggu lima menit lagi”
Foto
Yoga sudah selesai dipermak habis-habisan. Sungguh pilu melihat wajahnya di situ
terlalu tampan bahkan jauh dari harapan dia sendiri. Tidak salah kalau Oki jadi
andalan Yoga dalam urusan seperti ini. Sejak kecil dia memang sudah dekat
dengan komputer, terdengar kabar juga dulunya ari-arinya itu CPU komputer, jadi
wajar saja kalau dia memang jago masalah komputer.
Ponsel
Yoga berbunyi, MMS dari Nirmala tiba.
Bagaimana menurutmu?
Tanya Nirmala sebagai title dari fotonya
yang dikirim melalui MMS ke ponsel Yoga. Dengan sekejap dia terpesona. Terlihat
seperti di foto rambutnya yang lurus panjang juga hitam, dengan jepit rambut
menghiasi kepalanya. Kulit wajahnya sawo matang juga terlihat mulus sepertinya
dia memakai lotion dan rajin merawat
tubuh dan ditambah lagi senyum yang juga manis. Jantungnya berdecak kagum
melihat foto itu, dia merasa tidak percaya. “Sabun mana sabun?” Ucap Yoga
spontan.
***
Singkat
cerita, Yoga dan Nirmala sudah semakin dekat. Yoga sudah benar-banar jatuh
cinta dengan Nirmala. Itulah cinta benar-benar membuat yoga mabuk kepayang.
Meski hanya berkomunikasi lewat pesan singkat saja tapi dia merasakan seperti
ada tali merah yang mengikat mereka berdua.
Aku ingin bertemu denganmu
langsung. Bagaimana menurutmu? Tanya Yoga yang tak
tahan lagi.
Hah? Kamu serius mau ketemu sama
aku?
balas Nirmala.
Iya kenapa? Tidak boleh?
Enggak kok.
Aku cuma mau ngobrol langsung sama
kamu?
Baiklah terserah kamu.
***
“Belum
pulang ga?” Tanya Oki yang melihat Yoga duduk sendirian di bawah pohon.
“Lagi
nungguin seseorang. Hehe.” Jawab Yoga sambil memutar-mutar ponsel di tangannya.
“Cewek
ya? Ciee udah gede ni bocah.” Kata Oki menggoda temannya itu.
“Gitu
deh.”
“Eh
lo tau gak, si Abi anak kelas Sembilan C. Dia kemaren kena apes. Haha.” kata
Oki membuka obrolan.
“Apes?
Gimana?” tanya Yoga.
“Kemaren
dia dikerjain luky anak delapan B yang kemayu itu. Dia ngaku-ngaku cewek sama
si Abi lewat SMS. Pokoknya kocak banget deh. Abi sampai-sampai mau pindah
sekolah gegara itu. haha.”
“Si
Luky banci itu. haha.” Yoga tertawa lepas.
“Iya
pokoknya kocak banget. Dia juga sempet ngirim foto cewek juga. Dan ngaku-ngaku
kalau itu foto dia. Pokoknya kocak deh. Entar kalau ada dia kita ketawain
bareng-bareng aja gimana? Haha.”
“Boleh-boleh.
Haha.”
“Eh,No
pic hoax, ada foto ceweknya gak.” Tanya Oki memastikan.
“Nih.”
Kata Yoga sambil menunjukkan foto Nirmala yang menjadi wallpaper ponselnya. Sorot
mata Oki tertuju pada gambar itu, sekali memastikan dia memegang ponsel Yoga, “ga,”
mata oki terlihat tidak karuan.
“Kenapa?
Cantik ya? Sebentar lagi bakal jadi pacar gue nih. Haha.”
“Aduh…
itu yang tadi itu.. itu yang tadi.”
“Kenapa?”
tanya yoga nyolot.
“Hmmm…”
Temannya itu hanya menghela napas dan menggaruk-garuk kepalanya sendiri.
“Jangan
bilang ini,” mata Yoga menatap serius ke arah temannya itu dengan penung
kecemasan. Kamu dimana? Tanya Yoga
dengan Nirmala lewat pesan singkat.
“Nirmala
ada disini. Hihi.” Kata seorang anak lelaki kemayu yang datang dari belakang dengan
kerah baju yang sedikit terbuka seakan sengaja memperlihatkan bagian dada
ratanya, bulu mata lentik yang membentang sempurna juga bibir merah lembab
menghiasi wajahnya juga membuat raut muka kedua anak itu semakin tak karuan..
“Mampus
gue…” Kemudian Yoga langsung menarik kerah lehernya dan meninggalkan tempat
duduk mereka.
Setidaknya
setelah itu Yoga sudah tersadar dan bisa mengucap istighfar. Itulah cinta membuat
orang mabuk kepayang, kemudian sulit membedakan mana tipuan dan kenyataan.
Nggak jadi pake sabun deh
BalasHapusOh jadi kamu mau pake abu gosok? Sok atu dicoba.
Hapus