“Aku sudah lama suka sama kamu, kamu
mau gak jadi pacar aku,” sejenak berhenti berbicara “,apapun jawabannya aku
siap kok.” kata anak laki-laki itu yang sedang mencoba peruntungannya menembak
seorang cewek yang dia suka. Dibawah pohon beringin tepat di belakang
sekolah.
Cewek itu pun mulai terkejut lalu perlahan
bibirnya terlihat sedikit manyun, “sory bal aku, gak bisa pacaran sama kamu,
kayaknya kita temenan aja deh.” Jawab cewek itu ketus. Kemudian dia pun pergi
dan meninggalkan ikbal sendirian. Ikbal pun terdiam kaku ditempat, matanya yang
seakan ingin menangis. Lalu Ikbal pun berjalan maju menuju 2 orang anak
laki-laki sebanyanya yang dari tadi sudah duduk santai meminum es cendol.
Mereka menungguinya.
Adalah agung dan irwan sahabat Ikbal
yang setia menunggunya dari tadi. mata mereka berdua terlihat focus melihat
ikbal yang berjalan mendekati mereka berdua. Masih sibuk menyedot-nyedot
cendolnya. Agung tampak dengan tenang melihat ikbal sedangkan irwan sedikit
bersikap berlebihan dengan berdiri diatas kursi, melambai-lambaikan tangannya
yang ceking dengan urat-urat sebesar akar beringin kearah ikbal lalu teriak
“GIMANA BAL DITERIMA GAK?” seakan sudah lupa dengan kata malu saat dia melihat
ikbal berjalan mendekati mereka tidak sabar menunggu kabar apa yang datang dari
sahabatnya itu.
“Gimana-gimana diterima gak?” tanya
Irwan sambil menarik-menarik kerah baju ikbal.
“Pak es cendolnya satu.” Ikbal
berkata pada bapak penjual cendol tanpa menghiraukan kedua temannya, lalu Ikbal
pun duduk ditengah-tengah mereka berdua, sedangkan Agung yang hanya bisa
melihat mereka berdua tanpa mengeluarkan sepatah kata pun komentar dengan
kedatangan Ikbal.
“Bal gimana diterima gak?” tanya
Irwan sekali lagi dengan nada begitu penasaran. Lagi-lagi Ikbal enggak
menggubris pertanyaan Irwan barusan. Agung melirik ke arah Irwan yang
mulai kesal, terlihat dari kepalanya yang mulai mengeluarkan asap karena sikap
Ikbal yang diam dan tidak mau menjawab pertanyaan dari Irwan.
“Makasih pak” kata Ikbal menyambut
es cendol pesanannya yang sudah siap disantap. Tapi kemudian dia kembali diam
dan tidak mencoba untuk menjawab pertanyaan sahabatnya yang berulang kali
ditujukan kepadanya. Mereka pun sejenak terhening, Ikbal yang hanya melamun
dari tadi meratapi nasibnya membiarkan es cendolnya mecair. Kemudian Agung
yang mukanya seperti itu saja, tidak ada perkembangan. Dan Irwan dengan joroknya mengaduk-aduk es cendolnya
dengan tangan sendiri ke gelas miliknya.
“Ditolak lagi ya bal?” Tanya Agung
dengan nada datar, membuat Irwan menghentikan kegiatan jorok itu lalu
menolehkan mukanya kearah Ikbal. Anggukan kepala Ikbal akhirnya memberikan
Irwan dan Agung jawaban yang mereka tunggu-tunggu dari tadi, “sudah bisa
ditebak,” kata Agung lalu berdiri disamping Irwan.
“Ditolak lagi?” Tanya Irwan memastikan.
“Nih pak, makasih ya pak.” Kata
Ikbal kepada bapak penjual es cendol sambil mengembalikan gelas kosong dan
memberikan uang dua ribu rupiah, lagi-lagi dia mengabaikan pertanyaan temannya
itu.
“Wan.” Kata Agung mengarahkan tangan
kanannya kearah wajah Irwan dengan menggerakkan tangannya seperti meminta
sesuatu.
“Gara-gara kamu, nih.” Jawab irwan
dengan nyolot memarahi Ikbal, lalu memberikan uang sepuluh ribu rupiah ke
tangan Agung. Agung pun sedikit tersenyum.
“Pulang yuk.” Kata Ikbal nemarik teman-temannya
kearah halte bus Trans Jakarta.
***
Namanya Ikbal, tidak terlalu jelek,
tidak terlalu terkenal, tidak pernah punya pacar dan sungguh wajar memang kalau
dia sulit memiliki pacar tapi setidaknya dia punya dua teman yaitu selalu
bersamanya; Irwan dan Agung. Dia selalu berharap memiliki pacar idaman satu
saat nanti. Meski kenyatannya selama belasan kali mencoba jawabannya selalu
sama, dia ditolak, dicampakkan. Dan sampai sejauh ini dia memiliki rekor yang
baik, 12 kali nyatain cinta 11 menolak kemudian sisanya tidak menjawab karena
lebih memilih kabur dari pada menjawab pertanyaan Ikbal.
Jadi waktu itu
adalah hari sabtu bersih, dimana setiap siswa diminta untuk membawa peralatan
kebersihan untuk membuat kelas semakin bersih, misalnya anak perempuan diminta
untuk membawa lap kaca dan kemoceng kemudian anak laki-laki diminta untuk
membawa cangkul atau gunting rumput sebagai alat bersih-bersih. Dan Ikbal
memilih membawa cankul ketimbang gunting rumput, alasan pertaman karena
dirumahnya tidak ada gunting rumput dan yang kedua menurutnya akan terlihat
lebih maco dimata anak perempuan disekolah kalau dia membawa cangkul.
Dan dihari itu
juga Ikbal akan nyatakan cintanya (lagi) dengan seorang anak cewek cantik
bernama lisa, kelasnya hanya terpaut 3 gedung dari ruangan kelas Ikbal. Dengan
penuh semangat Ikbal berangkat membawa cangkul yang dia panggul di bahu sebelah
kirinya tak lupa iya membawa topi khas petani supaya lebih menghayati. Dia
merasa lebih maco dibandingkan hari-hari biasanya. Setelah sampai disekolah Ikbal
dan teman-temannya bertemu. Irwan terlihat biasa dengan bawaannya hari itu, dan
tumben-tumbennya Irwan terlihat biasa saja padahal setiap harinya, dia selalu
diliputi dengan keanehan, kali ini dia
tampak wajar dan bersemangat. Sedangkan
Agung dengan mukanya yang kaku dan tanpa ekpresi terlihat biasa saja seperti
tidak punya semangat hidup.
“Hai, kalian
berdua bawa cangkul juga ya?” Sapa Ikbal.
“Enggak, aku gak
bawa cangkul.” Jawab Agung dengan nada datar.
“Terus 2 cangkul
itu punya siapa dong?” Tanya Ikbal kepada mereka berdua.
“Itu punya aku
lah. Haha.” Irwan pun tertawa aneh, kerutan dikenih Ikbal mulai muncul, “ aku
bawa 2 buah supaya aku bisa kayak gini,” ia pun memegang 2 cangkul lacaknya
Arnold Swas Sneger di film Terminator, “bangk bangk bangk…” Ikbal pun tersadar
prasangkanya tentang irwan yang mulai normal pun berujung kekecewaan.
“Terus kalau 2
cangkul ini orang gendeng ini yang bawak, kamu bawak apa gung?” Tanya Ikbal
dengan penuh penasaran. Mendengar pertanyaannya Agung pun langsung memasukkan
tangan kanannya kekantong celananya dan merogoh sesuatu didalamnya. Gunting
kecil yang biasa digunakan ibu-ibu untuk menggunting benang adalah barang yang
dibawa agung hari itu. muka Ikbal tersenyum masam, “gung itu bukan gunting
rumput…” Kemudian agung langsung memotong rumput menggunakan gunting kecilnya
sebagai jawabannya untuk pertanyaan Ikbal tadi.
“Ya udah deh
terserah lo.” Jawab Ikbal yang sudah malas melihat kedua sahabatnya yang selalu
terlihat aneh itu.
Singkat cerita,
3 bersahabat ini pun sedang beristirahat karena kegiatan bersih-bersih di taman
kelas mereka sudah selesai. Badan mereka bertiga sedikit kumel akibat kegiatan
itu, badannya pun mandi keringat bau badan mereka semua sudah bisa disamakan
dengan satu ekor kambing siap kurban.
“Eh, ada Lisa.”
Kata irwan yang melihat lisa berjalan dari teras kelasnya. “Hajar bal…” susul
Agung tiba-tiba menyemangati dari belakang, tak perlu waktu lama Ikbal pun
beranjak dari duduknya kemudian memanggil-manggil lisa dari tempatnya berdiri.
“lisa lisa…”
panggil Ikbal sambil melambaikan tangan. Namun, lisa seperti tidak mendengar
suara Ikbal yang berteriak dari tadi berusaha mencari perhatiannya. “bal pake
ini siapa tau berhasil” saran dari Irwan sambil menyodorkan cangkulnya, dia pun
merasa tidak ada pilihan lain selain menuruti saran irwan tadi. “lisa lisa…”
panggilnya sekali lagi sambil mengarahkan cangkulnya kearah Lisa dengan harapan
mendapat perhatian. Meskipun sudah menolehkan wajahnya kearah ikbal tapi dimata
Lisa tingkah Ikbal tidak jauh beda dengan para pendemo sengketa tanah yang
sedang marah besar. Meskipun takut dia masih berdiri kebingungan kenapa Ikbal
yang dia kenal seperti itu, sungguh Ikbal membuatnya ill feel. Semakin lama dia pun merasa tidak nyaman, Lisa pun lantas
pergi.
“Kejar bal…” Sahut agung dengan nada datar yang masih sibuk
menggunting rumput dengan gunting unyunya. Dia pun berlari mengejar Lisa yang
tampak ketakutan. “lis tunggu lis…” teriak Ikbal sambil berlari mengejar lisa
dan masih mengacung-acungkan cangkulnya. Terjadilah kejar-kejaran antara Ikbal
dan Lisa di sekitar sekolah, sampai pada akhirnya mereka terhenti ditembok
belakang sekolah, wajah Lisa terluhat pusat pasi dengan suara napas yang
terlihat ngos-ngosan bersender pasrah ditembok belakang sekolah. Begitupun
dengan ikbal dirinya memaksakan diri untuk tersenyum didepan Lisa dalam keadaan
yang ngos-ngosan, membuatnya senyumnya lebih terlihat seperti senyum
orang-orang pisikopat.
“Hu… hu… kamu mau gak jadi pacar
aku… apapun jawabannya aku bakal terima.” Tanya ikbal dengan napas yang
terengah-engah.
“Hhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.”
Jerit lisa sekuat-kuatnya karena ketakutan. Kakinya pun secara reflek mengarah
keselangkangan Ikbal dan tepat sasara. “PaAK…” Kakinya tepat sasaran, ikbal
menjerit kesakitan kemudian Lisa melarikan diri. Akrinya Ikbal pun gagal,
alih-alih mendapatkan pacar dia malah dihukuman skorsing selama 2 minggu dari sekolah, plus dengan buat tangan kantong menyannya yang sukses memar.
Meskipun begitu
ikbal juga sering menolak setiap anak perempuan yang suka dengannya. Aneh
memang, iya karena dia punya perinsip pria adalah seorang pemilih bukan
dipilih, dia tidak suka kalau ada seorang anak perempuan menyatakan cinta
kepadanya, jadi setiap kali ada cewek yang nyatain perasaannya ke ikbal
jawabannya juga selalu sama, dia menolak.
Karena hidup adalah sebuah pilihan.
***
“Asalamualaikum…”
anak itu membuka pintu yang baru saja pulang dari sekolah.
“Walaikumsalam…”
sambut ayahnya.
Kemudian dia
tersenyum dan memberikan kertas ujian matematikanya yang mendapat nilai 100
kepada ayahnya. Mata beliau pun melotot tajam kearah anak laki-laki semata
wayangnya dan berteriak, “MAMA… PASUNG IRWAN, DIA PAKAI NARKOBA LAGI…”
Irwan namanya.
Tidak ada hal yang normal dalam dirinya, kebiasaan aneh selalu ditunjukkannya
dengan rasa bangga setiap hari pada kedua teman dan keluarganya. Semua orang
disekitarnya banyak yang menjauhi dia karena kelakuan dia yang ‘kurang’ itu,
tapi beruntungnya dia punya ikbal dan agung. Dua orang itu selalu setia mengisi
hari-harinya yang super aneh. Bahkan dua temannya ini rela melakukan hal aneh
juga bersama-sama demi persahabatan.
Pernah satu hari
disekolah mereka sedang mengadakan acara hari pahlawan. Setiap siswa diminta
untuk memakai pakaian yang menyerupai para pahlawan di zaman dulu. Dan dari 3
orang sahabat ini, orang yang paling antusias adalah irwan dan sisanya
sebenarnya memilih untuk tidak masuk sekolah tapi demi irwan, ikbal dan agung
pun mengiyakan permintaan temannya itu.
“kita pakai
kostum apa?” tanya ikbal sepada dua sahabatnya yang sedari tadi tidur-tiduran
dikasur empuk milik irwan. Agung tidak mengeluarkan suara namun dia hanya
menggerakkan bahunya keatas sebagai jawaban tidak tau dari pertanyaan ikbal
sedangkan Irwan tidak menjawab karena dia masih sibuk melakukan sesuatu di meja
belajarnya. Ikbal pun kembali merebahkan badannya dikasur yang empuk itu, “udah
aku bilangkan, ide ikut acara gendeng sekolah itu emang gak bagus. Buktinya
kita gak tau pake baju apa?” gumah ikbal sedikit mengomel sendirian.
“YES…” kata Irwan sedikit menjerit
membuat kedua temannya menatap kearahnya. Dengan memegang sebuah kertas
bergambar, “aku punya ide yang super keren buat acara hari pahlawan besok, jadi
gini…” senyum riuh irwan mengawali penjelasannya dihadapan kedua temannya
membuat mereka mendengarkan idenya tersebut. itulah irwan meskipun orangnya
suka bertingkah laku aneh namun diantara mereka otaknya lah mampu berimajinatif
tinggi.
Setelah
mendengarkan penjelasan irwan, ikbal merasa harus protes ,“kamu yakin dengan
ide tadi wan?” tanya ikbal sedikit menentang, “arggghh.. aku gak setuju malu maluin.”
Lanjut kata irwan kemudian mengacak-acar rambutnya.
“kata siapa
malu-maluin?” Jawab irwan menaikan satu alisnya, “ atau gini aja, sekarang kita
adain pemilihan aja, yang setuju angkat tangan!” ikbal melipat kedua tangannya
lalu mendulem sendirian karena kesal melihat kedua temannya mengacungkan
tangan.
“terserah deh,
yang penting kita malunya sama-sama.” Kata ikbal kesal, “yihaa…” sambut riuh
irwan kesenangan sambil bergoyang tidak jelas. Kembali agung yang masih
memasang muka datar ditarik irwan untuk ikut bergoyang, terlihat irwan seperti
berdansa dengan sebuah bantal Karen agung nyaris tanpa ekpresi.
Sekeliling
sekolah pun dipenuhi dengan para remaja tanggung yang bercengkrema dan tertawa
kecil satu sama lain membicarakan sesuatu. Sekumpulan anak-anak lain sebaya
mereka terlihat mengenakan kostumnya masing-masing. terlihat ada yang seperti
pahlawan revolusi, ada juga yang mengenakan pakaian seperti kartini lengkap
dengan kondenya. Kebanyakan dari mereka memakain kostum pahlawan nasional. tapi
tidak dengan mereka.
Anak laki-laki
itu sedang duduk menahan malu dengan tangan yang dilipat didadanya. “udah aku
bilangkan ini konyol, bikin malu?” Dumel ikbal yang mengenakan kostum superman lengkap
dengan ujung rambutnya yang melengkung tajam kemudian menutup wajahnya yang
kebule-bulean dari pandangan setiap orang.
“Kata siapa malu
maluin kita jadi pusat perhatian woy.” Jawab irwan penuh semangat yang berdiri tegak mengenakan kostum Gatot Kaca
lengkap dengan kumis dan kain batiknya dipinggangnya, tapi badannya yang
terlalu kurus membuat dia terlihat seperti gatok kaca. Dia lebih mirip gatot
kaca kena tipes atau malah sebenarnya dia lebih mirip seperti gareng.
“Kamu liat deh
si agung, dia suka-suka aja tuh.” Irwan menunjuk agung yang mengenakan kostum
naruto lengkap dengan rambut kuningnya dan sabuk dikepalanya. Selalu berganti-ganti
pose seperti layaknya naruto sungguhan di depan umum. Meskipun raut wajahnya
masih tetap saja datar. Ikbal menupuk keningnya.
“kalian bertiga
ke ruangan bapak sekarang!!” Bentak seorang guru yang datang dari arah belakang
mereka.
Suasana kantor
terlihat sepi hanya ada tiga orang anak berkostum super hero dan seorang guru
berkumis tebal yang wajahnya tampak kesal. “Ini ide siapa?”, suara berat dari
pak guru membuat mereka ketakutan. Mata sang guru memandangi mereka satu
persatu, “sampai kapan kalian bakal bikin rusuh, sekarang jawab pertanyaan
bapak?”, ikbal meneguk ludahnya dan mengendorka kerah bajunya meringat
dimukanya mengucur deras begitu juga dengan agung hanya irwan yang mukanya
tampak biasa saja dihadapan bapak guru itu.
“ini ide saya
pak.” Jawab irwan sambil tersenyum, “saya ini perayaan hari pahlawan kan, jadi
saya pikir superman, naruto, dan gatot kaca juga termasuk. Saya juga
terispirasi dari kultur kami masing-masing pak, ikbal yang mukanya
sebule-bulean cocok dengan kostum supermannya kemudian agung dengan muka cinanya
lebih cocok memakai kostum naruto, sedangkan saya sendiri memakai kostum gatot
kaca karena saya orang jawa asli. Hehe.” Ucap irwan tersenyum kecil.
Melepas peci
dikepalanya kemudia menghela napas yang panjang, “kalian ini memang gak ada
kapoknya.”
Hari mulai
terasa panas, matahari terasa seperti sejengkal diatas kepala mereka sendiri dan.
Tiga orang anak itu masih saja bediri ditengah lapangan upacara, memberikan
penghormatan kepada bendera merah putih. Sudah hampir tiga pulih menit mereka
disana, kulit irwan pun mulai menghitam disengat sinar matahari sedangkan ikbal
dan agung sudah seperti kepiting rebus yang siap dimakan, kulit mereka berdua yang
putih berubah jadi kemereh-merahan.
“Ini terakhir
kalinya aku mau ngikutin kemauan kamu wan.” Kata ikbal yang berbicara menghadap
bendera.
“Matahari gak
bisa diskon ya?” Kata irwan mengalihkan pembicaraan.
Lain ikbal lain
pula irwan, ikbal yang sejatinya selalu mencoba untuk mempunyai pacar idamannya
sangat berbeda irwan yang sama sekali tidak tertarik untuk berpacaran. Dia
memilih untuk tetap menjomlo. Alasannya karena dia pikir pacaran itu adalah
kegiatan yang buang-buang waktu, dia hanya ingin menghabiskan masa-masa indahnya
bersama teman-temannya. Paling tidak sampai dia menemukan wanita yang bisa
menarik perhatiannya.
Cinta bisa dicari, sahabat hilang sulit kembali.
***
Rumah yang luas
itu tampak mejadi renggang karena hampir semua penghuninya pergi keluar kota,
tinggallah seorang anak lelaki bungsu dan satu orang pembantunya yang sudah
sekian tahun laman berkerja dirumah itu. keadaan seperti itu membuat kediaman
tersebut menjadi hening dan sepi, derap langah ketiga anak itu sampai-sampai
bisa terdengar dengan jelas.
“gung bokap
nyokap kamu gak ada dirumah lagi ya?” tanya irwan berjalan dibelakang Agung dan
Ikbal. Anggukan itu pertanyaan jawab tadi dengan Agung yang masih membuka
lemari pendingin mengambil beberapa makanan kecil juga minumannya.
“Wah… asik dong.
Haha.” Kemudian ikbal dan irwan tertawa kecil.
“Tingtong ting
tong…”. Ada seseorang yang datang membunyikan bel dari luar rumah Agung. Tampak
seorang lelaki berpakaian serba merah mengantarkan 3 porsi pizza, “selamat
siang mas. Ini pesanannya satu pizza super supreme, satu pizza meat lover dan
all veggie total semuanya jadi dua puluh enam ribu lima ratus rupiah mas,
tolong bayar dengan uang pas ya mas…” kata laki-laki itu dengan lancarnya.
Agung pun mengambil beberapa lembar
uang dari dompetnya lalu membayar dimuka, tepat dimuka pengantar pizza. Dan
dengan gesitnya tangan ikbal mengambil pizza dari pria tersebut yang masih
mengenakan helm dengan penuh nafsu. Irwan merangkul Agung yang sibuk memegang
gadgetnya, “sebagai tanda terimakasih, gue berikan ciuman ini untukmu kakanda
agung.” Bibirnya pun mendekati pipih kiri Agung dengan mesranya.
“Plak.” Kepala
irwan kemudian ditempelang oleh ikbal dari belakang, “jangan gila deh, kalau
udah strees jauh-jauh sana” kata ikbal membuka pintu kamar agung yang penuh
dengan gadget-gedget keren, deretan buku-buku tebal atau pun komik yang
tersusun rapi ditempatnya serta PS3 yang lengkap home teater yang sudah
menyalah. Itu merupakan surga untuk kedua sahabatnya tersebut.
Namanya Agung.
Orangnya kaku. Sukar sekali berkomunikasi dengan orang lain selain dua
sahabatnya. Diantara mereka bertiga dia lah yang paling pinter, dan paling bisa
diandalkan. Disekolahnya dia sering mendapatkan juara umun dan piala-piala
penghargaan yang dia punya sudah ada dua lemari. Mengenai tugas dan ujian dua
orang sahabatnya ini selalu meminta jawaban darinya, bahkan kalau tidak ada
agung, irwan bisa-bisa tidak naik kelas. Untungnya agung bukanlah orang yang
pelit apalagi soal uang. Dia itu anak orang kaya. Orang tuanya juragan tekstil
yang penjualannya sudah sampai keluar negeri. Kedua orang tuanya juga sering
meninggalkan Agung sendirian dirumah karena harus keluar kota. Dirumah sebesar
itu agung sendiri ditemani pembantunya, kakak perempuannya kuliah diluar
negeri. Untunglah ada kedua sahabatnya yang terkadang menginap dirumahnya.
Sampai sekarang
agung juga mengikuti jejak kedua temannya, untuk tetap menjomlo. Tidak ada yang
salah dari Agung, wajahnya tampan dan sangat sedap untuk dipandang. Dia memilih
untuk menjomlo Karena kebanyakan anak perempuan yang mendekatinya itu hanya
tertarik dengan uangnya saja.
Terkecuali Nur
anak perempuan yang sanggup membuat degup jantung Agung berdetak kencang.
Anaknya cantik, ramah, juga tidak sombong terlahir dari keluarga biasa-bisa
saja membuat agung sangat terkagum-kagum dibuatnya. sangking sukanya dengan Nur
dia rela menempel foto-foto Nur di dinding, di langit-langi kamaarnya bahkan
tidak terkucuali dikamar mandi miliknya. Tapi sampai sekarang agung tidak
pernah menyatakan perasaan cintanya dengan Nur dan menjalani cinta diam-diam.
Bukan tanpa alasan karena Nur sendiri sudah mempunyai pacar. Meski begitu
pesona Nur tidak akan pernah hilang dimata seorang Agung.
Biarlah hati yang berbicara.
***
Tiga orang anak
laki-laki itu selalu bersama, tidak ada waktu yang dilewatkan tanpa salah satu
dari mereka. Mereka sudah bersahabat sejak kecil, karena orang tua mereka juga
sebenarnya bersahabat sejak SMA, dan sampai sekarang menginjak bangku SMA.
Sekian lama berteman membuat mereka mengenal dan mengerti satu sama lain baik
kekurangan dan kelebihan masing-masing. yang namanya sahabat akan selalu
mengikat. Inilah kisah hidup tiga orang sahabat.
Salah satu hal yang membuat mereka tetap bersahabat erat dan
saling mengerti adalah status. Mereka bertiga sama sekali belum merasakan
pengalaman pacaran bahkan untuk pertama kalinya. Tidak ada yang salah dengan
mereka hanya saja keadaan yang membuat mereka begini. Bersama mereka
mencoba untuk merasa bahagia. Ya namanya juga jomlo kadang kesepian, kadang
juga kesepian banget. Tapi itu bukan suatu hal yang berat buat mereka, asalkan
mereka tetap bersama itu tidak akan menjadi masalah. Dan sekarang mereka
dihadapan dengan sebuah cinta juga persahabatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar