Minggu, 10 Maret 2013

Ikbal, Agung, & Irwan


“Aku sudah lama suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku,” sejenak berhenti berbicara “,apapun jawabannya aku siap kok.” kata anak laki-laki itu yang sedang mencoba peruntungannya menembak seorang cewek yang dia suka. Dibawah pohon beringin tepat di belakang sekolah.

Cewek itu pun mulai terkejut lalu perlahan bibirnya terlihat sedikit manyun, “sory bal aku, gak bisa pacaran sama kamu, kayaknya kita temenan aja deh.” Jawab cewek itu ketus. Kemudian dia pun pergi dan meninggalkan ikbal sendirian. Ikbal pun terdiam kaku ditempat, matanya yang seakan ingin menangis. Lalu Ikbal pun berjalan maju menuju 2 orang anak laki-laki sebanyanya yang dari tadi sudah duduk santai meminum es cendol. Mereka menungguinya.


Adalah agung dan irwan sahabat Ikbal yang setia menunggunya dari tadi. mata mereka berdua terlihat focus melihat ikbal yang berjalan mendekati mereka berdua. Masih sibuk menyedot-nyedot cendolnya. Agung tampak dengan tenang melihat ikbal sedangkan irwan sedikit bersikap berlebihan dengan berdiri diatas kursi, melambai-lambaikan tangannya yang ceking dengan urat-urat sebesar akar beringin kearah ikbal lalu teriak “GIMANA BAL DITERIMA GAK?” seakan sudah lupa dengan kata malu saat dia melihat ikbal berjalan mendekati mereka tidak sabar menunggu kabar apa yang datang dari sahabatnya itu.

“Gimana-gimana diterima gak?” tanya Irwan sambil menarik-menarik kerah baju ikbal.

“Pak es cendolnya satu.” Ikbal berkata pada bapak penjual cendol tanpa menghiraukan kedua temannya, lalu Ikbal pun duduk ditengah-tengah mereka berdua, sedangkan Agung yang hanya bisa melihat mereka berdua tanpa mengeluarkan sepatah kata pun komentar dengan kedatangan Ikbal.

“Bal gimana diterima gak?” tanya Irwan sekali lagi dengan nada begitu penasaran. Lagi-lagi Ikbal enggak menggubris pertanyaan Irwan barusan. Agung melirik ke arah  Irwan yang mulai kesal, terlihat dari kepalanya yang mulai mengeluarkan asap karena sikap Ikbal yang diam dan tidak mau menjawab pertanyaan dari Irwan.

“Makasih pak” kata Ikbal menyambut es cendol pesanannya yang sudah siap disantap. Tapi kemudian dia kembali diam dan tidak mencoba untuk menjawab pertanyaan sahabatnya yang berulang kali ditujukan kepadanya. Mereka pun sejenak terhening, Ikbal yang hanya melamun dari tadi meratapi nasibnya membiarkan es cendolnya mecair. Kemudian Agung yang mukanya seperti itu saja, tidak ada perkembangan. Dan Irwan dengan joroknya mengaduk-aduk es cendolnya dengan tangan sendiri ke gelas miliknya.

“Ditolak lagi ya bal?” Tanya Agung dengan nada datar, membuat Irwan menghentikan kegiatan jorok itu lalu menolehkan mukanya kearah Ikbal. Anggukan kepala Ikbal akhirnya memberikan Irwan dan Agung jawaban yang mereka tunggu-tunggu dari tadi, “sudah bisa ditebak,” kata Agung lalu berdiri disamping Irwan.

“Ditolak lagi?” Tanya Irwan memastikan.

“Nih pak, makasih ya pak.” Kata Ikbal kepada bapak penjual es cendol sambil mengembalikan gelas kosong dan memberikan uang dua ribu rupiah, lagi-lagi dia mengabaikan pertanyaan temannya itu.

“Wan.” Kata Agung mengarahkan tangan kanannya kearah wajah Irwan dengan menggerakkan tangannya seperti meminta sesuatu.

“Gara-gara kamu, nih.” Jawab irwan dengan nyolot memarahi Ikbal, lalu memberikan uang sepuluh ribu rupiah ke tangan Agung. Agung pun sedikit tersenyum.

“Pulang yuk.” Kata Ikbal nemarik teman-temannya kearah halte bus Trans Jakarta. 

***

Namanya Ikbal, tidak terlalu jelek, tidak terlalu terkenal, tidak pernah punya pacar dan sungguh wajar memang kalau dia sulit memiliki pacar tapi setidaknya dia punya dua teman yaitu selalu bersamanya; Irwan dan Agung. Dia selalu berharap memiliki pacar idaman satu saat nanti. Meski kenyatannya selama belasan kali mencoba jawabannya selalu sama, dia ditolak, dicampakkan. Dan sampai sejauh ini dia memiliki rekor yang baik, 12 kali nyatain cinta 11 menolak kemudian sisanya tidak menjawab karena lebih memilih kabur dari pada menjawab pertanyaan Ikbal.

Jadi waktu itu adalah hari sabtu bersih, dimana setiap siswa diminta untuk membawa peralatan kebersihan untuk membuat kelas semakin bersih, misalnya anak perempuan diminta untuk membawa lap kaca dan kemoceng kemudian anak laki-laki diminta untuk membawa cangkul atau gunting rumput sebagai alat bersih-bersih. Dan Ikbal memilih membawa cankul ketimbang gunting rumput, alasan pertaman karena dirumahnya tidak ada gunting rumput dan yang kedua menurutnya akan terlihat lebih maco dimata anak perempuan disekolah kalau dia membawa cangkul.
Dan dihari itu juga Ikbal akan nyatakan cintanya (lagi) dengan seorang anak cewek cantik bernama lisa, kelasnya hanya terpaut 3 gedung dari ruangan kelas Ikbal. Dengan penuh semangat Ikbal berangkat membawa cangkul yang dia panggul di bahu sebelah kirinya tak lupa iya membawa topi khas petani supaya lebih menghayati. Dia merasa lebih maco dibandingkan hari-hari biasanya. Setelah sampai disekolah Ikbal dan teman-temannya bertemu. Irwan terlihat biasa dengan bawaannya hari itu, dan tumben-tumbennya Irwan terlihat biasa saja padahal setiap harinya, dia selalu diliputi dengan keanehan, kali ini  dia tampak wajar dan bersemangat. Sedangkan Agung dengan mukanya yang kaku dan tanpa ekpresi terlihat biasa saja seperti tidak punya semangat hidup.
“Hai, kalian berdua bawa cangkul juga ya?” Sapa Ikbal.
“Enggak, aku gak bawa cangkul.” Jawab Agung dengan nada datar.
“Terus 2 cangkul itu punya siapa dong?” Tanya Ikbal kepada mereka berdua.
“Itu punya aku lah. Haha.” Irwan pun tertawa aneh, kerutan dikenih Ikbal mulai muncul, “ aku bawa 2 buah supaya aku bisa kayak gini,” ia pun memegang 2 cangkul lacaknya Arnold Swas Sneger di film Terminator, “bangk bangk bangk…” Ikbal pun tersadar prasangkanya tentang irwan yang mulai normal pun berujung kekecewaan.
“Terus kalau 2 cangkul ini orang gendeng ini yang bawak, kamu bawak apa gung?” Tanya Ikbal dengan penuh penasaran. Mendengar pertanyaannya Agung pun langsung memasukkan tangan kanannya kekantong celananya dan merogoh sesuatu didalamnya. Gunting kecil yang biasa digunakan ibu-ibu untuk menggunting benang adalah barang yang dibawa agung hari itu. muka Ikbal tersenyum masam, “gung itu bukan gunting rumput…” Kemudian agung langsung memotong rumput menggunakan gunting kecilnya sebagai jawabannya untuk pertanyaan Ikbal tadi.
“Ya udah deh terserah lo.” Jawab Ikbal yang sudah malas melihat kedua sahabatnya yang selalu terlihat aneh itu.
Singkat cerita, 3 bersahabat ini pun sedang beristirahat karena kegiatan bersih-bersih di taman kelas mereka sudah selesai. Badan mereka bertiga sedikit kumel akibat kegiatan itu, badannya pun mandi keringat bau badan mereka semua sudah bisa disamakan dengan satu ekor kambing siap kurban.
“Eh, ada Lisa.” Kata irwan yang melihat lisa berjalan dari teras kelasnya. “Hajar bal…” susul Agung tiba-tiba menyemangati dari belakang, tak perlu waktu lama Ikbal pun beranjak dari duduknya kemudian memanggil-manggil lisa dari tempatnya berdiri.
“lisa lisa…” panggil Ikbal sambil melambaikan tangan. Namun, lisa seperti tidak mendengar suara Ikbal yang berteriak dari tadi berusaha mencari perhatiannya. “bal pake ini siapa tau berhasil” saran dari Irwan sambil menyodorkan cangkulnya, dia pun merasa tidak ada pilihan lain selain menuruti saran irwan tadi. “lisa lisa…” panggilnya sekali lagi sambil mengarahkan cangkulnya kearah Lisa dengan harapan mendapat perhatian. Meskipun sudah menolehkan wajahnya kearah ikbal tapi dimata Lisa tingkah Ikbal tidak jauh beda dengan para pendemo sengketa tanah yang sedang marah besar. Meskipun takut dia masih berdiri kebingungan kenapa Ikbal yang dia kenal seperti itu, sungguh Ikbal membuatnya ill feel. Semakin lama dia pun merasa tidak nyaman, Lisa pun lantas pergi.
“Kejar bal…”  Sahut agung dengan nada datar yang masih sibuk menggunting rumput dengan gunting unyunya. Dia pun berlari mengejar Lisa yang tampak ketakutan. “lis tunggu lis…” teriak Ikbal sambil berlari mengejar lisa dan masih mengacung-acungkan cangkulnya. Terjadilah kejar-kejaran antara Ikbal dan Lisa di sekitar sekolah, sampai pada akhirnya mereka terhenti ditembok belakang sekolah, wajah Lisa terluhat pusat pasi dengan suara napas yang terlihat ngos-ngosan bersender pasrah ditembok belakang sekolah. Begitupun dengan ikbal dirinya memaksakan diri untuk tersenyum didepan Lisa dalam keadaan yang ngos-ngosan, membuatnya senyumnya lebih terlihat seperti senyum orang-orang pisikopat.
“Hu… hu… kamu mau gak jadi pacar aku… apapun jawabannya aku bakal terima.” Tanya ikbal dengan napas yang terengah-engah.

“Hhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.” Jerit lisa sekuat-kuatnya karena ketakutan. Kakinya pun secara reflek mengarah keselangkangan Ikbal dan tepat sasara. “PaAK…” Kakinya tepat sasaran, ikbal menjerit kesakitan kemudian Lisa melarikan diri. Akrinya Ikbal pun gagal, alih-alih mendapatkan pacar dia malah dihukuman skorsing selama 2 minggu dari sekolah, plus dengan buat tangan kantong menyannya yang sukses memar.
Meskipun begitu ikbal juga sering menolak setiap anak perempuan yang suka dengannya. Aneh memang, iya karena dia punya perinsip pria adalah seorang pemilih bukan dipilih, dia tidak suka kalau ada seorang anak perempuan menyatakan cinta kepadanya, jadi setiap kali ada cewek yang nyatain perasaannya ke ikbal jawabannya juga selalu sama, dia menolak.
Karena hidup adalah sebuah pilihan.

***
“Asalamualaikum…” anak itu membuka pintu yang baru saja pulang dari sekolah.
“Walaikumsalam…” sambut ayahnya.
Kemudian dia tersenyum dan memberikan kertas ujian matematikanya yang mendapat nilai 100 kepada ayahnya. Mata beliau pun melotot tajam kearah anak laki-laki semata wayangnya dan berteriak, “MAMA… PASUNG IRWAN, DIA PAKAI NARKOBA LAGI…”
Irwan namanya. Tidak ada hal yang normal dalam dirinya, kebiasaan aneh selalu ditunjukkannya dengan rasa bangga setiap hari pada kedua teman dan keluarganya. Semua orang disekitarnya banyak yang menjauhi dia karena kelakuan dia yang ‘kurang’ itu, tapi beruntungnya dia punya ikbal dan agung. Dua orang itu selalu setia mengisi hari-harinya yang super aneh. Bahkan dua temannya ini rela melakukan hal aneh juga bersama-sama demi persahabatan.
Pernah satu hari disekolah mereka sedang mengadakan acara hari pahlawan. Setiap siswa diminta untuk memakai pakaian yang menyerupai para pahlawan di zaman dulu. Dan dari 3 orang sahabat ini, orang yang paling antusias adalah irwan dan sisanya sebenarnya memilih untuk tidak masuk sekolah tapi demi irwan, ikbal dan agung pun mengiyakan permintaan temannya itu.
“kita pakai kostum apa?” tanya ikbal sepada dua sahabatnya yang sedari tadi tidur-tiduran dikasur empuk milik irwan. Agung tidak mengeluarkan suara namun dia hanya menggerakkan bahunya keatas sebagai jawaban tidak tau dari pertanyaan ikbal sedangkan Irwan tidak menjawab karena dia masih sibuk melakukan sesuatu di meja belajarnya. Ikbal pun kembali merebahkan badannya dikasur yang empuk itu, “udah aku bilangkan, ide ikut acara gendeng sekolah itu emang gak bagus. Buktinya kita gak tau pake baju apa?” gumah ikbal sedikit mengomel sendirian.
“YES…” kata Irwan sedikit menjerit membuat kedua temannya menatap kearahnya. Dengan memegang sebuah kertas bergambar, “aku punya ide yang super keren buat acara hari pahlawan besok, jadi gini…” senyum riuh irwan mengawali penjelasannya dihadapan kedua temannya membuat mereka mendengarkan idenya tersebut. itulah irwan meskipun orangnya suka bertingkah laku aneh namun diantara mereka otaknya lah mampu berimajinatif tinggi.

Setelah mendengarkan penjelasan irwan, ikbal merasa harus protes ,“kamu yakin dengan ide tadi wan?” tanya ikbal sedikit menentang, “arggghh.. aku gak setuju malu maluin.” Lanjut kata irwan kemudian mengacak-acar rambutnya.
“kata siapa malu-maluin?” Jawab irwan menaikan satu alisnya, “ atau gini aja, sekarang kita adain pemilihan aja, yang setuju angkat tangan!” ikbal melipat kedua tangannya lalu mendulem sendirian karena kesal melihat kedua temannya mengacungkan tangan.
“terserah deh, yang penting kita malunya sama-sama.” Kata ikbal kesal, “yihaa…” sambut riuh irwan kesenangan sambil bergoyang tidak jelas. Kembali agung yang masih memasang muka datar ditarik irwan untuk ikut bergoyang, terlihat irwan seperti berdansa dengan sebuah bantal Karen agung nyaris tanpa ekpresi.
Sekeliling sekolah pun dipenuhi dengan para remaja tanggung yang bercengkrema dan tertawa kecil satu sama lain membicarakan sesuatu. Sekumpulan anak-anak lain sebaya mereka terlihat mengenakan kostumnya masing-masing. terlihat ada yang seperti pahlawan revolusi, ada juga yang mengenakan pakaian seperti kartini lengkap dengan kondenya. Kebanyakan dari mereka memakain kostum pahlawan nasional. tapi tidak dengan mereka.
Anak laki-laki itu sedang duduk menahan malu dengan tangan yang dilipat didadanya. “udah aku bilangkan ini konyol, bikin malu?” Dumel ikbal yang mengenakan kostum superman lengkap dengan ujung rambutnya yang melengkung tajam kemudian menutup wajahnya yang kebule-bulean dari pandangan setiap orang.
“Kata siapa malu maluin kita jadi pusat perhatian woy.” Jawab irwan penuh semangat  yang berdiri tegak mengenakan kostum Gatot Kaca lengkap dengan kumis dan kain batiknya dipinggangnya, tapi badannya yang terlalu kurus membuat dia terlihat seperti gatok kaca. Dia lebih mirip gatot kaca kena tipes atau malah sebenarnya dia lebih mirip seperti gareng.
“Kamu liat deh si agung, dia suka-suka aja tuh.” Irwan menunjuk agung yang mengenakan kostum naruto lengkap dengan rambut kuningnya dan sabuk dikepalanya. Selalu berganti-ganti pose seperti layaknya naruto sungguhan di depan umum. Meskipun raut wajahnya masih tetap saja datar. Ikbal menupuk keningnya.
“kalian bertiga ke ruangan bapak sekarang!!” Bentak seorang guru yang datang dari arah belakang mereka.
Suasana kantor terlihat sepi hanya ada tiga orang anak berkostum super hero dan seorang guru berkumis tebal yang wajahnya tampak kesal. “Ini ide siapa?”, suara berat dari pak guru membuat mereka ketakutan. Mata sang guru memandangi mereka satu persatu, “sampai kapan kalian bakal bikin rusuh, sekarang jawab pertanyaan bapak?”, ikbal meneguk ludahnya dan mengendorka kerah bajunya meringat dimukanya mengucur deras begitu juga dengan agung hanya irwan yang mukanya tampak biasa saja dihadapan bapak guru itu.
“ini ide saya pak.” Jawab irwan sambil tersenyum, “saya ini perayaan hari pahlawan kan, jadi saya pikir superman, naruto, dan gatot kaca juga termasuk. Saya juga terispirasi dari kultur kami masing-masing pak, ikbal yang mukanya sebule-bulean cocok dengan kostum supermannya kemudian agung dengan muka cinanya lebih cocok memakai kostum naruto, sedangkan saya sendiri memakai kostum gatot kaca karena saya orang jawa asli. Hehe.” Ucap irwan tersenyum kecil.
Melepas peci dikepalanya kemudia menghela napas yang panjang, “kalian ini memang gak ada kapoknya.”
Hari mulai terasa panas, matahari terasa seperti sejengkal diatas kepala mereka sendiri dan. Tiga orang anak itu masih saja bediri ditengah lapangan upacara, memberikan penghormatan kepada bendera merah putih. Sudah hampir tiga pulih menit mereka disana, kulit irwan pun mulai menghitam disengat sinar matahari sedangkan ikbal dan agung sudah seperti kepiting rebus yang siap dimakan, kulit mereka berdua yang putih berubah jadi kemereh-merahan.
“Ini terakhir kalinya aku mau ngikutin kemauan kamu wan.” Kata ikbal yang berbicara menghadap bendera.
“Matahari gak bisa diskon ya?” Kata irwan mengalihkan pembicaraan.
Lain ikbal lain pula irwan, ikbal yang sejatinya selalu mencoba untuk mempunyai pacar idamannya sangat berbeda irwan yang sama sekali tidak tertarik untuk berpacaran. Dia memilih untuk tetap menjomlo. Alasannya karena dia pikir pacaran itu adalah kegiatan yang buang-buang waktu, dia hanya ingin menghabiskan masa-masa indahnya bersama teman-temannya. Paling tidak sampai dia menemukan wanita yang bisa menarik perhatiannya.
Cinta bisa dicari, sahabat hilang sulit kembali.
***
Rumah yang luas itu tampak mejadi renggang karena hampir semua penghuninya pergi keluar kota, tinggallah seorang anak lelaki bungsu dan satu orang pembantunya yang sudah sekian tahun laman berkerja dirumah itu. keadaan seperti itu membuat kediaman tersebut menjadi hening dan sepi, derap langah ketiga anak itu sampai-sampai bisa terdengar dengan jelas.
“gung bokap nyokap kamu gak ada dirumah lagi ya?” tanya irwan berjalan dibelakang Agung dan Ikbal. Anggukan itu pertanyaan jawab tadi dengan Agung yang masih membuka lemari pendingin mengambil beberapa makanan kecil juga minumannya.
“Wah… asik dong. Haha.” Kemudian ikbal dan irwan tertawa kecil.
“Tingtong ting tong…”. Ada seseorang yang datang membunyikan bel dari luar rumah Agung. Tampak seorang lelaki berpakaian serba merah mengantarkan 3 porsi pizza, “selamat siang mas. Ini pesanannya satu pizza super supreme, satu pizza meat lover dan all veggie total semuanya jadi dua puluh enam ribu lima ratus rupiah mas, tolong bayar dengan uang pas ya mas…” kata laki-laki itu dengan lancarnya.
Agung pun mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya lalu membayar dimuka, tepat dimuka pengantar pizza. Dan dengan gesitnya tangan ikbal mengambil pizza dari pria tersebut yang masih mengenakan helm dengan penuh nafsu. Irwan merangkul Agung yang sibuk memegang gadgetnya, “sebagai tanda terimakasih, gue berikan ciuman ini untukmu kakanda agung.” Bibirnya pun mendekati pipih kiri Agung dengan mesranya.

“Plak.” Kepala irwan kemudian ditempelang oleh ikbal dari belakang, “jangan gila deh, kalau udah strees jauh-jauh sana” kata ikbal membuka pintu kamar agung yang penuh dengan gadget-gedget keren, deretan buku-buku tebal atau pun komik yang tersusun rapi ditempatnya serta PS3 yang lengkap home teater yang sudah menyalah. Itu merupakan surga untuk kedua sahabatnya tersebut.
Namanya Agung. Orangnya kaku. Sukar sekali berkomunikasi dengan orang lain selain dua sahabatnya. Diantara mereka bertiga dia lah yang paling pinter, dan paling bisa diandalkan. Disekolahnya dia sering mendapatkan juara umun dan piala-piala penghargaan yang dia punya sudah ada dua lemari. Mengenai tugas dan ujian dua orang sahabatnya ini selalu meminta jawaban darinya, bahkan kalau tidak ada agung, irwan bisa-bisa tidak naik kelas. Untungnya agung bukanlah orang yang pelit apalagi soal uang. Dia itu anak orang kaya. Orang tuanya juragan tekstil yang penjualannya sudah sampai keluar negeri. Kedua orang tuanya juga sering meninggalkan Agung sendirian dirumah karena harus keluar kota. Dirumah sebesar itu agung sendiri ditemani pembantunya, kakak perempuannya kuliah diluar negeri. Untunglah ada kedua sahabatnya yang terkadang menginap dirumahnya.
Sampai sekarang agung juga mengikuti jejak kedua temannya, untuk tetap menjomlo. Tidak ada yang salah dari Agung, wajahnya tampan dan sangat sedap untuk dipandang. Dia memilih untuk menjomlo Karena kebanyakan anak perempuan yang mendekatinya itu hanya tertarik dengan uangnya saja.
Terkecuali Nur anak perempuan yang sanggup membuat degup jantung Agung berdetak kencang. Anaknya cantik, ramah, juga tidak sombong terlahir dari keluarga biasa-bisa saja membuat agung sangat terkagum-kagum dibuatnya. sangking sukanya dengan Nur dia rela menempel foto-foto Nur di dinding, di langit-langi kamaarnya bahkan tidak terkucuali dikamar mandi miliknya. Tapi sampai sekarang agung tidak pernah menyatakan perasaan cintanya dengan Nur dan menjalani cinta diam-diam. Bukan tanpa alasan karena Nur sendiri sudah mempunyai pacar. Meski begitu pesona Nur tidak akan pernah hilang dimata seorang Agung.
Biarlah hati yang berbicara.
***
Tiga orang anak laki-laki itu selalu bersama, tidak ada waktu yang dilewatkan tanpa salah satu dari mereka. Mereka sudah bersahabat sejak kecil, karena orang tua mereka juga sebenarnya bersahabat sejak SMA, dan sampai sekarang menginjak bangku SMA. Sekian lama berteman membuat mereka mengenal dan mengerti satu sama lain baik kekurangan dan kelebihan masing-masing. yang namanya sahabat akan selalu mengikat. Inilah kisah hidup tiga orang sahabat.
Salah satu hal yang membuat mereka tetap bersahabat erat dan saling mengerti adalah status. Mereka bertiga sama sekali belum merasakan pengalaman pacaran bahkan untuk pertama kalinya. Tidak ada yang salah dengan mereka hanya saja keadaan  yang membuat mereka begini. Bersama mereka mencoba untuk merasa bahagia. Ya namanya juga jomlo kadang kesepian, kadang juga kesepian banget. Tapi itu bukan suatu hal yang berat buat mereka, asalkan mereka tetap bersama itu tidak akan menjadi masalah. Dan sekarang mereka dihadapan dengan sebuah cinta juga persahabatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...